Minggu, 08 Mei 2011

ARSITEKTUR KEINDAHAN DAN SENI

Antariksa


Asitektur merupakan hasil karya yang mempunyai seni dan keindahan dalam ungkapan fisiknya, sedangkan hubungan kita dengan objek arsitektural dirasakan sebagai komunikasi inderawi atas hasil karya tersebut. Arsitektur memberikan arti dan makna pda bentuk yang disandangnya, sedang keindahan terhimpun dalam keselarasan yang diungkapkan oleh lingkungan alam sekitarnya. Seperti halnya irama musik paduan-paduan ini mempunyai arti besar, seperti dikatakan Mario Salvadori “arsitektur adalah musik yang membeku”. Pada bagian lain Dr. Rudolf Hasse dalam “Building on a foundation of music” mengatakan, “The design of building on a basis of music is very much being discussed and will, without doubt, influnce some of the work of the architects of the next generation”. Ternyata melalui keindahan musik pun dapat menghasilkan satu ungkapan krya arsitektur, hal ini pun dapat kita lihat dalam bangunan Yunani kuno bahwa interval proportion merupakan hubungan antara arsitektur dan musik, demikian pula halnya yang dilakukan oleh Vitruvius Polio (84-14 BC) dalam “De architecture libri decem”.
Kalau kita kembali pada teori keindahan yang ada, berarti kembali pada teori “objektif” dan teori “subjektif”. Dalam teori objektif dikatakan bahwa keindahan atau ciri-ciri yang menciptakan nilai estetis adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada benda (hasil karya) indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pada teori subjektif menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan pada suatu benda (hasil karya) sesungguhnya tidak ada, yang ada hanyalah tanggapan perasaan dalam diri seseorang yang mengamati benda tersebut. Dari kedua teori tadi dapat terlihat pula bagaimana keindahan suatu bangunan atau dengan kata lain keindahan arsitektur yang nyata. Pertama, nilai keindahan itu dapat tercipta dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada karya arsitektur tersebut. Kedua, tergantung dari pencerapan pengamatan kita. Meskipun dinyatakan bahwa sesuatu karya arsitektur mempunyai nilai keindahan (estetis), hal ini dapat diartikan bahwa pengamatan kita memperoleh suatu pengalaman estetis sebagai tanggapan terhadap hasil karya (arsitektur). Ada pendapat lain yang diberikan oleh Wladyslaw Tatarkiewics dalam “the Great Theory of Beauty” mengatakan, keindahan terdiri dari perimbangan dari bagian-bagian, lebih tepat perimbangan dan susunan dari bagian-bagian, atau lebih tepat lagi terdiri dari ukuran, peramaan dan jumlah dari bgian-bgian serta hubungan satu sama lainnya.
Dalam perkembangan arsitektur pada waktu lampau telah dikemukakan oleh orang Yunani bahwa keindahan dari sebuah atap tercipta dari sebuah ukuran, jumlah dan susunan dari pilar-pilar yang menyangga atap bangunan. Pilar-pilar itu mempunyai perimbangan tertentu yang terdapat dalam pelbagai dimensinya, sedangkan wujudnya dapat di lihat pada bangunan Partheon. Di sini kita berhasil melihat keindahan mutlak, yang sesungguhnya indah, keindahan universal dan maha tinggi, dari keindahan itu pula akan terlimpah segala bentuk yang indah. Tetapi pada hakekatnya perlu dikemukakan bahwa di Yunani juga terdapat keindahan yang tidak bernilai estetis (anesthetique) di dalam alam diperindah dan dibuat-buat (pseudo-esthetique), dan ada keindahan yang benar-benar bernilai estetis, yaitu yang terdapat dalam karya seni (arsitektur). Seperti yang digoreskan oleh Plato, “Barang yang terdiri dari bagian-bagian yang berbeda-beda tidak sempurna keindahannya kecuali bila bagian-bagiannya teratur rapi dan mengambil dimensi yang tidak dibuat-buat; karena keindahan hanyalah pengaturan dan keagungan”. (Buku Puisi, Ps. XII)

Apa Sebenarnya Keindahan Itu
Ada beberapa pengertian dan arti yang dapat kita jabarkan dalam membuat tirai keindahan ini, di antaranya adalah:
- Keindahan itu terdiri pada integrasi yang rasiona dari proporsi semua bagian dari satu bangunan sedemikan, sehingga tiap bagian mempunyai empat ukuran dan bentuk yang absolut dan tidak ada kemungkinan untuk mengambil atau menambah dari bagian-bagian itu tanpa merusak dari keindahan tersebut.
- Keindahan adalah hasil dari pada bentuk-bentuk yang indah yang berhubungan dan mendukung keseluruhan pada bagian komponen-komponen bangunan antara bagian komponennya, dan juga sebaliknya bagian akan mendukung bentuk satu keutuhan dari bangunan, dimana tiap bagian konstruksi akan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan tegaknya bangunan.
Dari kedua pengertian di atas yang secara arsitektural ditonjolkan, dapat terlihat bahwa adanya faktor kesenangan terhadap bentuk-bentuk bujur sangkar, perbandingan kolom, bentuk-bentuk kubah dan lain sebagainya. Kalau kita hanya memperhatikan proporsi saja, keindahan proporsi saja, lalau timbul suatu pertanyaan apakah semua hasil karya arsitektur itu hanya indah dipandang? Apakah tidak dapat dihubungkan dengan fungsi? Karena bangunan itu dibuat oleh manusia untuk kemanusiaan. Sedangkan pengertian kedua didasarkan pada bentuk yang paling indah, adalah bulat atau bundar (hole) dan bujur sangkar. Mengapa demikian? Karena bentuk bulat ini menyerupai bulan atau matahari merupakan elemen-elemen kosmis, dan bentuk ini pun merupakan dasar unformitas daipada ciptaan Tuhan.
Meskipun demikian masih ada batasan secara umum ada batasan secara umum tentang keindahan yang dalam bahasa Yunani dikatakan “aesthetica”, pengertian ini berasal dari “aisthetika”, yang diartikan sebagai hal-hal yang dapat diserap dengan panca indera, dan “aisthesis”, yang diartikan sebagai pencerapan indera. Kemudian menurut alam filsafati juga terdapat pengertian tentang keindahan adalah:
- Secara tradisional telah dipahami sebagai cabang filsafat yang bertalian dengan keindahan dan hal yang indah dalam alam dan seni (The Encyclopedia Americana, 1973).
- Estetik adalah cabang filsafat yang bertalian dengan penguraian pengertian-pengertian dan pemecahan pesoalan-persoalan yang timbul bilamana seseorang merenungkan tentang benda-benda estetis. Pada gilirannya benda-benda estetis terdiri dari semua benda yang terkena oleh pengalaman estetis, dengan demikian hanyalah setelah pengalaman estetis dapat secukupnya dinyatakan ciri-cirinya dapatlah seseorang menentukan batas golongan benda-benda estetis itu (John Hospers).
Dengan demikian, dengan perhatian orang. Permasalahannya apakah tidak lagi menjadi pusat perhatian orang? Permasalahannya apakah keindahan selalu dihubungkan seni saja, kenderungan ini tercermin dalam batasan yang diberikan oleh Louis Kattsof sebagai berikut: “Cabang filsafat yang bertalian dengan batasan, rakitan dan peranan dari keindahan, khususnya dalam seni, disebut estetik”. Demikian keindahan dalam arsitektur mempunyai hubungan erat dengan kemampuan manusia menilai karya arsitektur yang bersangkutan untuk menghargai keindahannya. Kemampuan semacam ini dalam filsafat dikenal dengan istilah “citarasa” (taste). Citarasa ini menurut rumusan Kant, diartikan sebagai kemampuan mental untuk menilai sesuatu benda atau suatu macam gagasan dalam hubungnnya dengan kepuasan atau ketidakpuasan, tanpa adanya suatu kepentingan apapun. Benda atau hasil karya arsitektur yang mengakibatkan kepuasan yang demikian disebut indah.
Dari pembagian dan perbedaan terhadap keindahan tersebut di atas, kelihatannya masih belum jelas apakah sesungguhnya keindahan itu? Persoalan ini dapat memberikan berbagai macam jawaban, salah satu jawaban adalah mencari ciri-ciri umum pada semua benda (hasil karya) yang kita anggap indah, dan kemudian menyamakan ciri-ciri tersebut yang hakiki dengan pengertian keindahan. Sebenarnya, kalau kita amati keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita tertentu yang terdapat pada sesuatu hal, sedang kwalita yang paling sering kita jumpai adalah, kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan perlawanan (contrast). Dari hal tersebut di atas, kita dapat mengingat adanya doktrin arsitektur yang dikemukakan oleh Vitruvius. Lebih jauh lagi pada pertengahan abad ke-19 seorang arsitek dari Jerman bernama Gottfried Semper menekankan adanya tiga patokan adalah: symmetry, proportion dan direction (arah). Arah menurutnya sangat penting karena tiap unsur di alam ini mempunyai arah sendiri-sendiri baik yang vertikal maupun horisontal. Perkembangan arsitektur pun menuntut lahirnya menuntut lahirnya pendapat-pendapat baru, ada satu pendapat yang dikembangkan oleh Le Corbusier mengenai estetika arsitektur yang didapat dari “simplicity” (kesederhanaan) dan “clarity” (kejelasan). Kemudian dari fenomena keindahan unsur-unsur arsitektur yang ada dikuranginya hanya menjadi empat kategori adalah: mass (massa), surface (permukaan), plan (bidang) dan regulating line (garis-garis yang menentukan).
Sebenarnya apa yang terkandung di dalam bentuk estetis terutama yang terkandung di dalam karya seni (arsitektur) menurut DeWitt H. Parker dalam bukunya “The Principles of Aesthetics (1920)” memerinci aesthetic form menjadi enam asas adalah:
1. The principle of organic unity (asas kesatuan utuh). Asas ini diartikan bahwa setiap unsur dalam suatu karya seni adalah perlu bagi karya itu, dan karya tersebut tidak memuat unsur-unsur yang tidak perlu sebaliknya mengandung semua yang diperlukan.
2. The principle of theme (asas tema). Di dalam setiap karya seni terdapat satu atau beberapa ide induk atau peranan yang unggul berupa apa saja (bentuk, warna, pola irama, tokoh atau makna) yang menjadi titik pusat dari nilai keseluruhan karya tersebut.
3. The principle of thematic variation (asas variasi). Tema dari suatu karya seni haruslah mengumandangkannya. Agar tidak membosankan maka perlu adanya variasi.
4. The principle of balance (asas keseimbangan). Keseimbangan adalah kesamaan dari unsur-unsur yang berlawanan atau bertentangan. Di dalam karya seni meskipun unsur-unsurnya nampak bertentangan tetapi sesungguhnya saling memerlukan karena bersama-sama menciptakan kebulatan.
5. The principle of evolution (asas perkembangan). Dengan asas ini dimaksudkan bahwa kesatuan dari proses pada bagian awal-awalnya menentukan bagian-bagian selanjutnya, dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh.
6. The principle of hierarchy (asas tata jenjang). Merupakan penyusunan khusus dari unsur-unsur dalam asas-asas tersebut.
Saling interpretasi antara keindahan dan arsitektur dapat kita jumpai dalam semua karya arsitektur baik yang tradisional maupun yang modern. Semua akan memberikan arti tersendiri bagi manusia yang mengamati atau mengalami hasil karya tersebut. Secara simplisitis memang perlu ditinjau lebih dalam lagi, sejauh mana arsitektur menimbulkan getaran keindahan dalam hati kita. Keindahan adalah fungsi yang berguna: “tanpa kita tidaklah praktis dapat dikatakan indah”.

Seni Untuk Arsitektur
Sebelum kita melangkah lebih jauh lagi di dalam memahami tentang seni, perlu disimak ucapan Hegel, “Arsitektur adalah art (seni) yang paling rendah karena arsitektur banyak menggunakan bahan, sedang yang paling tinggi adalah poetry karena poetry immaterial”. Bahkan Schopenhauer mengatakan pula bahwa arsitektur adalah seni yang paling rendah, setingkat dengan seni mencangkul kebun, karena sangat dekat dengan hajat manusia. Seni lukis dan seni rupa datang berikutnya, kemudian lebih tinggi dari itu adalah seni sastra (puisi), dan menyusul seni drama, tragedia dan komedia. Sekarang marilah kita tengok batasan seni untuk seni dan seni untuk arsitektur, ada beberapa pengertian di antaranya adalah:
- Seni dalam arti yang paling dasar berarti suatu kemahiran atau kemampuan. Batasan ini memang benar untuk kata asalnya ars (Latin) maupun kata persamaannya kunst (Jerman) diturunkan dari konnen, “bisa”.
- Sesuatu kegiatan yang dirancang untuk mengubah bahan alamiah menjadi benda-benda yang berguna atau indah atau pun kedua-duanya adalah seni. Hasil dari intervensi tangan dan ruh manusia yang teratur ini adalah sebuah karya seni.
- Dalam arti yang seluas-luasnya, seni meliputi setiap benda yang dibuat oleh manusia untuk dilawankan dengan benda-benda dari alam.
Demikianlah sebagian perumusan dari seni untuk seni, yang mencakup segala kegiatan manusia dalam menghasilkan sebuah karya. Meskipun arsitektur waktu itu masih dianggap sebagai seni, seorang arsitek dan teoris dati Jerman Herman Sorgel mengatakan, bahwa arsitektur beda dengan seni yang lain, kemudian mencoba memberikan rumusan dan batasan sebagai berikut:
1. Seni lukis adalah, seni bidang, berarti menggunakan dua dimensional.
2. Seni patung (sculpture) adalah, seni ruang, tetapi hanya menggunakan tiga dimensi dan menekankan ruang (concaf).
3. Arsitektur adalah, seni ruang tiga dimensi, tetapi menggunakan space dan meneknkan ruang (concaf).
Dengan demikian kita dapat menjelajah seni sampai pada batas kemampuan bagaimana seni menjelajahi arsitektur atau arsitektur yang menguasai seni. Sebenarnya tidaklah sulit untuk mengemukakan seni dan keindahan di dalam arsitektur bila kita dapat bersandar pada para arsitek. Kata-kata keindahan dan seni memang mendorong kita untuk berpikir dan menimbulkan kesenangan bagi orang yang menikmatinya, tetapi tidak memberikan pengertian yang kekal. Pada hakekatnya pengertian keindahan dan seni di dalam arsitektur haruslah dapat mengemukakan sumber-sumber dari mana keindahan datang, anasir-anasir apa yang membentuk keindahan dan seni. Karena karya arsitektur meupakan objek dari pengalaman manusia, bahkan setiap hasil karya arsitektur mempunyai nilai kehidupan.
 
sumber;http://antariksaarticle.blogspot.com/2007/08/arsitektur-keindahan-dan-seni.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya