Minggu, 31 Juli 2011

Hubungan Ruang

Ruang di dalam ruang



Ruang-ruang yang saling berkait



Ruang-ruang yang bersebelahan



Ruang-ruang yang dihubungkan oIeh sebuah ruang bersama



Ruang di dalam ruang
Sebuah ruang yang luas dapat mencakup dan memuat sebuah ruang lain yang lebih kecil di dalamnya. Kontinuitas visual dan kontinuitas ruang di antara kedua ruang tersebut dengan mudah dapat dipenuhi, tetapi ruang yang leih kecil sangat
tergantung pada ruang yang besar dalam hubungannya dengan Iingkungan eksterior

Dalam jenis hubungan ruang ini, ruang yang leih besar berfungsi sebagai suatu daerah tiga dimensi untuk ruang kecil di dalamnya.



Jika ruang yang di dalam berkembang ukurannya, ruang yang leih besar akan mulai kehilangan artinya sebagai bentuk ruang penutup Jika ruang yang di dalam tadi terus diperluas, ruang sisa di sekitarnya akan menjadi semakin tertekan untuk berfungsi sebagai ruang penutup.



Untuk dapat lebih menarik perhatian, ruang yang di dalam dapat memanfaatkan wujud luarnya, tetapi diorientasikan dalam bentuk lain.
Hal ini akan menciptakan suatu grid sekunder dan satu set ruang-ruang sisa yang dinamis di dalam ruang yang lebih besar



Ruang yang di dalam dapat juga berbeda bentuk dengan ruang pelingkupnya untuk memperkuat kesan sebagai sebuah volume yang mandiri. Perlawanan bentuk ini dapat menunjukkan suatu perbedaan fungsional antara kedua ruang atau melambangkan kepentingan ruang yang berada di dalam



Contoh penerapan hubungan “ruang dalam ruang



Ruang-ruang yang saling berkait

Suatu hubungan ruang yang saling berkait dihasilkan dan overlapping dua daerah ruang yang membentuk suatu daerah ruang bersama.




Jika dua buah ruang membentuk volume berkaitan seperti ini, masing-masing ruang mempertahankan identitas dan definisinya sebagai suatu ruang.
Bagian yang saling berkait dari dua buah volume dapat digunakan bersama secara seimbang dan merata oleh masing-masing ruang.



Bagian yang saling berkait dapat melebur dengan salah satu ruang dan menjadi bagian yang menyatu dari ruang tersebut



Bagian yang saling berkaitan dapat mengembangkan integritasnya sebagai sebuah ruang yang berfungsi untuk menghubungkan kedua ruang aslinya



Contoh :



Ruang-ruang yang bersebelahan

Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal tersebut memungkinkan definisi yang jelas dan untuk masing-masing ruang baik terhadap fungsi maupun persyaratan simbolisnya.





Tingkat kontinuitas visual maupun ruang yang terjadi antara dua ruang yang berdekatan akan tergantung pada sifat alami bidang yang memisahkan sekaligus mcnghubungkan keduanya.

Bidang pemisah dapat membatasi pencapaian visual maupun fisik antara dua ruang bersebelahan, memperkuat individualitas masing-masing ruang dan menampung perbedaan yang ada



Bidang pemisah dapat muncul sebagai suatu bidang yang berdiri sendiri dalam volume ruang tunggal



Bidang pemisah dapat menjadi pembatas berupa baris kolom-kolom yang memberikan tingkat kontinuitas visual serta kontlnuitas ruang yang tinggi di antara dua buah ruang



Bidang pemisah dapat seolah terbentuk dengan sendirinya dengan adanya perbedaan ketinggian lantai, material permukaan, atau tekstur.



Contoh :






Ruang-ruang yang dihubungkan oIeh sebuah ruang bersama

Dua buah ruang yang terpisah oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang perantara. Hulungan visual dan hubungan keruangan antara kedua ruang tergantung pada sifat ruang ketiga yang digunakan bersama-sama.





Ruang perantara dapat Berbeda dalam bentuk dan orientasi dari kedua ruang lainnya untuk menunjukkan fungsinya seagai penghubung.
Kedua ruang, seperti juga ruang perantaranya dapat setara dalam wujud dan ukuran dan membentuk serangkaian ruang-ruang linier.



Ruang perantara dapat berbentuk linier untuk menghubungkan kedua ruang yang berjarak, atau menghubungkan seluruh rangkaian ruang-ruang yang tidak mempunyal hubungan langsung satu sama lain



Ruang perantara yang cukup kesar, dapat menjadi ruang yang dominan dalam hubungannya dengan ruang-ruang lain dan mampu mengorganisir sejumlah ruang yang terkait



Bentuk ruang perantara dapat terjadi dengan sendirinya atau ditentukan oleh bentuk dan orientasi dan kedua ruang yang terkait



Contoh penerapan hubungan ruang yang bersebelahan :

Kamis, 14 Juli 2011

Arsitektur Nusantara

Poster arsitektur
Jejak Arsitektur Komponi Dinusantara.


Para Pembatai komponi Unmuha :
  Merisa Kadrina
   Yuni Triana
   Cul Urwatul Wiski
   Ifan Onesa
   Reza

Minggu, 10 Juli 2011

Poster Arsitektur

Arsitektur Nusantara


Bangunan Tradisional Nusantara



Arsitektur Hindu-Budha di Nusantara



Jejak Arsitektur Kompeni di Nusantara 1
 Jejak Arsitektur Kompeni di Nusantara 2


JENIS-JENIS PONDASI


Beberapa jenis pondasi yang dapat digunakan dalam setiap pembangunan dari mulai yang tradisional sampai yang modern. Berikut merupakan beberapa jenis Pondasi yang beredar di dunia pembangunan :
  1. Pondasi telapak (untuk Rumah Panggung)
  2. Pondasi Rollag Bata (untuk Bangunan Sederhana)
  3. Pondasi Batu Kali (untuk Bangunan Sederhana 1-2 lantai)
  4. Pondasi Batu Bata (untuk Bangunan Sederhana)
  5. Pondasi Tapak atau Ceker Ayam (untuk Bangunan bertingkat 2-3 Lantai)
  6. Pondasi Sumuran (untuk Bangunan Bertingkat 3-4 Lantai)
  7. Pondasi Bored Pile atau Strauss pile (untuk Bangunan Bertingkat)
  8. Pondasi Tiang Pancang atau Paku Bumi (untuk bangunan bertingkat)
Berikut telah disebutkan macam-macam pondasi yang sering digunakan dalam pembangunan sebuah bangunan khususnya di Indonesia. Selanjutnya marilah kita telaah lebih dalam lagi tentang masing-masing jenis pondasi tersebut.
1. Pondasi telapak (untuk Rumah Panggung)

Pondasi telapak merupakan jenis pondasi sederhana yang telah digunakan oleh masyarakat indonesia sejak zaman dulu. Pondasi ini terbuat dari beton tanpa tulang yang dicetak membentuk limas segi empat seperti pada gambar disamping.
Sistem kerja pondasi ini menerapkan sistem tanam. Jadi pondasi telapak ini menahan kolom yang tertanam di dalamnya sehingga tidak masuk dalam tanah. Seperti halnya ketika kita menggunakan sebuah ganjalan yang pipih atau ganjalan yang lebih lebar untuk standar motor ketika di tempatkan pada tanah yang lembek.
2. Pondasi Rollag Bata (untuk Penahan lantai)

Rollag bata merupakan pondasi sederhana yang fungsinya bukan menyalurkan beban bangunan, melainkan untuk menyeimbangkan posisi lantai agar tidak terjadi amblas pada ujung lantai. Pondasi ini biasanya digunakan untuk membuat teras rumah, fungsinya hampir sama dengan sloof gantung namun rollag bata tidak sekuat sloof gantung dan tidak semahal sloof gantung.




3. Pondasi Batu Kali (untuk Bangunan Sederhana 1-2 lantai)
Pondasi batu kali merupakan pondasi penahan dinding yang digunakan pada bangunan sederhana. Pondasi ini terdiri dari batu kali dan perekat yang berupa campuran pasir dan semen. Biasanya campuran agregat untuk merekatkan batu kali ini menggunakan perbangingan 1 : 3 karena batu kali akan selalu menerima rembesan air yang berasal dari tanah. Sehingga sehingga membutuhkan campuran yang lebih kuat menahan rembesan.







4. Pondasi Batu Bata (untuk Bangunan Sederhana)
Seperti halnya pondasi Batu Kali, pondasi batu bata memiliki fungsi sama. Namun yang membedakan keduanya hanyalah bahan yang digunakan serta kondisi alam di daerah sekitarnya. Dikarenakan batu-bata merupakan bahan yang rentan terhadap air, maka pemasangan harus lebih maksimal artinya bata yang dipasang harus dapat terselimuti dengan baik. Perhatikan contoh pondasi Batu Bata di bawah ini.

 
5. Pondasi Tapak atau Ceker Ayam (untuk Bangunan bertingkat 2-3 Lantai)

Pondasi tapak merupakan pondasi yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia ketika mendirikan sebuah bangunan. Terutama bangunan bertingkat serta bangunan yang berdiri di atas tanah lembek. Pondasi tapak di temukan oleh Alm Prof Ir Sediyatmo tsb, dan dikembangkan oleh Prof Ir Bambang Suhendro, Dr harry Christady dan Ir Maryadi Darmokumoro, yang dikenal dengan Sistim Cakar Ayam Modifikasi (CAM).
Modifikasi yang dilakukan adalah : penggantian pipa beton menjadi pipa baja tipis tebal 1.4 mm, perhitungan dalam 3 Dimensi dan penambahan "koperan" pada tepi slab.
Sistim CAM tsb telah di uji skala penuh oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan di ruas jalan Pantura Indramyu-Pemanukan (2007) dan digunakan di Jalan Tol seksi 4 Makasar (2008).

6. Pondasi Sumuran (untuk Bangunan Bertingkat)

Pondasi sumuran memiliki fungsi sama dengan pondasi footplat. Pondasi sumuran merupakan pondasi yang berupa campuran agregat kasar yang dimasukan kedalam lubang yang berbentuk seperti sumur dengan besi-besi di dalamnya. Pondasi ini biasanya digunakan pada tanah yang labil dan memiliki sigma 1,50 kg/cm2. Pondasi sumuran juga dapat digunakan untuk bangunan beralantai banyak seperti medium rise yang terdiri dari 3-4 lantai dengan syarat keadaan tanah relatif keras. Berikut contoh podasi sumuran.







7. Pondasi Bored Pile atau Strauss pile (untuk Bangunan Bertingkat)

Pondasi Bored pile digunakan untuk banguna berlantai banyak seperti rumah susun yang memiliki lantai 4-8 lantai. Pondasi ini berbentuk seperti paku yang kemudian di tancapkan kedalam tanah dengan menggunakan alat berat seperti kren. Berikut merupakan contoh pondasi bored pile.






8. Pondasi Tiang Pancang atau Paku Bumi (untuk bangunan bertingkat)

Pondasi berikut ini merupakan pondasi yang banyak digunakan untuk pembangunan gedung berlantai banyak seperti Apartment, Kondominium, Rent Office dan sebagainya. Pondasi ini hampir sama dengan pondasi bored pile. Namun pondasi tiang pancang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan pondasi bored pile. Berikut contoh pondasi tiang pancang.
Demikian penjelasan penulis tentang beberapa pondasi yang beredar di Indonesia pada khususnya dan sering banyak digunakan pada dunia pembangunan di Indonesia. Semoga tulissan ini dapat bermanfaat dan dapat membantu pekerjaan anda. Namun janganlah tulisan ini  menjadi acauan satu-satunya untuk menambah pengetahuan anda. Selamat berjuang.






Sumber : http://monochromestudio.blogspot.com

Daftar Blog Saya