gambar Sketsa :
Redesain Kampus UMUHA Aceh
Detail Perspektif 1
Detail Perspektif 2
Detail Perspektif 3
Detail Perspektif 4
Detail Perspektif 5
Jumat, 26 Oktober 2012
Tip 77 Desain Tangga: dari Teknik Dasar, Mezzanine sampai Contoh Unik
Cara mendesain tangga. Foto tangga yang inspiratif. Desain tangga (atau
secara umum arsitektur dan interior) adalah perpaduan kecermatan
matematis dan cita rasa seni. Desain yang baik dimulai dengan
perhitungan matematis yang sempurna. Kalau Anda salah menghitung secara
persis jumlah/tinggi anak tangga, serta kebutuhan ruang untuk tangga,
rumah menjadi tidak nyaman. Cita rasa seni akan membuat tangga menjadi
ornamen interior rumah yang menawan.
Ringkasnya. Tip kali ini berisi panduan dasar teknik desain tangga. Disertai contoh untuk inspirasi interior rumah.
Tangga yang Ergonomik
Artinya,
tangga harus nyaman dipakai. Orang tidak merasa capek naik tangga.
Idealnya, tinggi anak tangga 20 cm. Tentu dapat diberi toleransi.
Tetapi lebih dari 25 cm akan membuat orang lama-lama cepat lelah. Lebar
anak tangga setidaknya 25 cm. Agar cukup untuk tapak kaki. Kurang dari
itu membahayakan. Sementara panjang anak tangga yang nyaman untuk lalu
lalang minimal 0,9-1 meter.
Gambar Elevasi (elevation) tangga
Tinggi (rise) dan lebar anak tangga (run)
harus konsisten. Semua anak tangga harus mempunya ukuran tinggi dan
lebar yang sama persis. Karena itu perhitungan harus dilakukan sejak
awal desain. Yang harus dihitung adalah tinggi lantai atas dan tinggi
lantai bawah (elevation). Bagilah elevation dengan tinggi anak
tangga. Misalnya tinggi lantai 2 adalah 3m. Dan tinggi anak tangga 20
cm. Maka dibutuhkan. Anak Tangga: 300/20= 15 anak tangga.
Selanjutnya
Anda harus juga menentukan berapa luas ruang yang dibutuhkan untuk
tangga. Kalau lebar anak tangga adalah 25. Maka total panjang ruang yang
dibutuhkan adalah 25×15 = 3,7m. Total ruang yang dibutuhkan adalah 1m
(panjang anak tangga) x 3,7m = 3,7m2. Ini kalau asumsinya tangga
berbentuk lurus saja seperti gambar di atas.
Pengembangan Bentuk Tangga
Bentuk
tangga dapat mengikuti ruang. Jadi tangga tidak selalu berbentuk lurus.
Tangga dalam rumah dapat berbentuk L atau U. Denah tangga bentuk L saya
perlihatkan dalam gambar berikut ini.. Pemanfaatan denah tangga L dalam
rumah bisa dilihat dalam contoh rumah di Tip 70.
Layout tangga bentuk L
Untuk
memastikan presisi tangga Anda dapat membuat gambar elevasi dan gambar
denah. Saya tampilkan dua contoh sederhana. Asumsi elevasi adalah 2,85
M. Jumlah anak tangga 15. Pada gambar pertama, luas ruang yang
dibutuhkan 2,08 m X 3,275 m Sementara pada gambar kedua luas ruang yang
dibutuhkan 2,85 x 2,1m. Ingatlah sekali lagi bahwa bila tinggi lantai
berubah menjadi 3m, jumlah anak tangga, dan kebutuhan ruang juga akan
berubah.
Tangga dan Mezzanine
Bentuk
tangga U juga dapat dikembangkan menjadi mezzanine. Yaitu ruang antara
lantai 1 dan 2. Mezzanine dalam rumah merupakan pemberhentian sejenak.
Di mezzanine Anda dapat menempatkan ruang keluarga, atau ruang baca.
Pada contoh di bawah ini saya memperlihatkan sebuah mezzanine yang
difungsikan sebagai ruang belajar. Pada sisi sebelah kiri saya tampilkan
gambar denah tangga dan mezzanine. Sedang pada gambar sebelah kanan
adalah gambar sketsa dari mezzanine dan tangga.
Tangga dan Mezzanine
Perpaduan antara mezzanine dan tangga ini cocok diterapkan dalam rumah dengan lahan terbatas namun kebutuhan ruangnya banyak
Tangga dan Pencahayaan
Area tangga
harus mendapat sinar matahari yang cukup dari lantai 2. Jika tidak, area
tangga akan lembab dan menimbulkan kesan seram atau muram.
Perhitungkan agar sinar matahari dapat masuk ke area tangga. Hal itu
dapat dilakukan dengan membuat jendela dengan kaca mati di dinding atau
glassblock/genting kaca pada atap rumah.
Pada foto di
atas saya memperlihatkan pencahayaan di salah satu proyek kami. Gambar
sebelah kiri memperlihatkan pencahayaan dari dinding. Gambar tengah
memperlihatkan cahaya alam yang masuk lewat glass block pada atap dak.
Pencahayaan alami yang didesain sejak awal dapat berfungsi bak lighting
pada hiasan dinding dekat tangga. Efeknya, cahaya matahari memperkuat
hiasan dinding sebagai focal point di area tangga dengan cara yang
menakjubkan. Desain pencahayaan alami yang diperhitungkan sejak awal saya perlihatkan dalam Tip 75 (klik)
Tangga dan Interior
Dalam
beberapa foto berikut saya memperlihatkan bagaimana tangga dapat menjadi
ornamen interior yang eksotik sekaligus fungsional. Di tangan seorang
arsitek yang desainer atau desainer interior tangga tidak hanya
fungsional tetapi juga indah. Tangga yang didesain dengan baik dapat
menjadi bagian dari interior rumah yang menawan. Lihatlah contoh-contoh
berikut ini.
Tangga putar yang menawan cocok untuk kantor/ruko
Lantai bawah untuk ruang layanan sedang lantai atas untuk kantor atau back office
Lantai bawah untuk ruang layanan sedang lantai atas untuk kantor atau back office
Kamis, 03 Mei 2012
LANDMARK, VISTA, DAN FOCAL POINT
iKeberadaan suatu kota atau kawasan dipengaruhi oleh citra
kawasan tersebut. Manusia secara alami akan mengingat suatu tempat dimana
mereka merasa nyaman. Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya persebaran
manusia di seluruh dunia. Persebaran yang terjadi berkembang menjadi suatu
kebudayaan yang berbeda-beda dipengaruhi beberapa faktor sehingga setiap
kawasan mempunyai ciri khas tersendiri dibanding kawasan lainnya.
Pada masa modern, justru manusia
membuat perbedaan kawasan secara sengaja untuk menunjukkan eksistensi dan
karakter dari kawasan tersebut. Keadaan geografis masing-masing kawasan yang
berbeda-beda menyebabkan ciri khas suatu kawasan tidak hanya dapat dilihat dari
unsur alam, namun juga tata kota dan bangunan.
Saat ini dikenal unsur-unsur yang
membentuk ciri suatu kawasan. Meskipun terkadang mempunyai sedikit kesamaan
dengan kawasan lain yang berdekatan. Unsur pembentuk karakter kawasan
diantaranya adalah landmarks, vistas, dan focal
points.
I. Landmarks
Landmark secara umum dapat diartikan
sebagai penanda. Dalam suatu kawasan keberadaan suatu landmark berfungsi
untuk orientasi diri bagi pengunjung. Landmark dapat berupa bentuk alam seperti bukit, gunung, danau, lembah,
dan sebagainya. Dalam perkembangannya, landmark dapat berupa gedung, monumen, sculpture,
tata kota, alur jalan, dan vegetasi.
Menurut wikipedia Indonesia : “landmark
adalah sesuatu objek geografis yang digunakan oleh para pengelana
sebagai penanda untuk bisa kembali ke suatu area. Dalam konteks modern
hal tersebut bisa berwujud apa saja yang bisa dikenali seperti monumen,
gedung ataupun sculpture lain.”
Sedangkan menurut buku Perancangan
Kota Secara Terpadu (Markus Zahnd, 2006) : “Landmark adalah titik referensi
seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke dalamnya karena bisa
dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan
bentuk visual yang menonjol dari kota.”
Keberadaan landmark suatu kawasan
sangat penting saat ini. Ditengah maraknya perkembangan global lewat kebebasan
informasi, gaya bangunan dan tata kota menjadi serupa satu sama lain. Gaya
bangunan secara arsitektural merupakan gaya yang berlaku di seluruh dunia.
Meskipun dalam aplikasinya saat ini mulai dikembalikan pada kearifan lokal,
namun kemiripan gaya tersebut sedikit mengaburkan ciri khas dari suatu kawasan.
A. Landmark mempermudah manusia
dalam mengenali tempat berpijak.
Ketika kita mengunjungi suatu
kawasan yang belum pernah kita kenal ataupun kita kunjungi, kita akan mencari
sesuatu yang dapat kita jadikan sebagai acuan awal yang menjadi patokan kita
untuk kembali apabila akan berkeliling kawasan tersebut. Acuan awal yang kita
pilih pasti sesuatu yang mudah diingat, seperti tugu, taman kota, atau tempat
kita pertama kali memasuki kawasan tersebut seperti gapura, bandara, terminal,
dan sebagainya.
Dalam perancangan suatu kawasan,
keberadaan acuan tersebut sangat penting. Tidak adanya acuan yang dapat
digunakan akan membawa citra kurang baik bagi kawasan tersebut. Terlebih bagi
pengunjung dari luar kawasan atau lebih sering disebut turis karena akan
membuat bingung ketika mereka berkeliling dalam kawasan tersebut.
B. Hierarki suatu wilayah
Selain digunakan untuk penanda
kawasan, keberadaan landmark juga sering digunakan sebagai hirarki suatu
wilayah. Banyak contoh dimana suatu landmark kawasan menjadi titik penting
dalam merencanakan tata kota, jalur transportasi, maupun hirarki kebudayaan.
Sebagai contoh, keberadaan Tugu Yogyakarta yang
saat ini menjadi ikonnya kota gudeg.
Jalan-jalan utama yang dibangun di
kota Yogyakarta mempunyai pusat di Tugu Yogya. Seperti jalan menuju Kraton dan
juga jalan antar kota seperti jalan menuju kota Solo, Magelang, dan Wates. Tugu
merupakan persimpangan ketiga arah jalan tersebut.
Menurut sejarah memang Tugu Yogya
digunakan pihak Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat sebagai salah satu elemen dalam
pembentukan garis imajiner (garis yang tidak terlihat secara nyata) yang
menghubungkan antara gunung Merapi, Tugu,
Kraton Yogya, Panggung Krapyak dan Laut Kidul sebagai garis lurus. Hal ini
menjadikan Tugu sebagai landmark kota Yogya mempunyai arti lebih daripada
sekedar landmark kota sebagai bangunan cagar budaya. Di kawasan lain pun hal
tersebut banyak dijumpai, baik dalam skala besar ataupun kecil.
C. Penunjuk arah
Dalam suatu kawasan maju yang
mempunyai penduduk padat dan banyaknya bangunan baik hunian, komersial,
pendidikan dan pemerintahan dibutuhkan sesuatu yang menjadi acuan untuk menemukan
arah. Adanya landmark yang lebih menonjol daripada bangunan disekitar akan
membantu untuk dapat menentukan arah tujuan. Acuan tersebut dapat berupa
bangunan tinggi, jembatan layang (fly over), monumen tinggi, dan sebagainya.
Aspek paling penting adalah acuan tersebut dapat terlihat menonjol daripada
bangunan lainnya.
Pengunjung kota Paris
akan lebih cepat menemukan arah ke Menara Eiffel karena ketinggian bangunan
yang terlihat jelas. Begitu juga menara Petronas, World Trade
Centre, dan bangunan tinggi lain di dunia. Disamping bangunan tinggi,
keberadaan bukit atau gunung dari suatu kawasan akan memberi informasi arah
yang jelas, seperti gunung Merapi yang berada di sebelah utara kota Yogyakarta.
D. Pembentuk Skyline
Bangunan dalam suatu kawasan memang
memberikan warna pada wajah kota. Namun hal tersebut hanya jika dilihat dari
sudut pandang yang memungkinkan. Begitu juga dengan ketinggian bangunan
beraneka ragam, akan membentuk skyline dari kawasan tersebut. Ketinggian
bangunan yang hanya dapat dilihat puncaknya saja akan memberi nilai artistik
luar biasa bagi kawasan tersebut. Keunikan dari tata bangunan dapat menjadi
landmark tersendiri bagi kawasan tersebut.
Selain menambah nilai artistik suatu
kawasan, ketinggian bangunan yang berbeda-beda dapat memberikan informasi
mengenai fungsi bangunan tersebut. Bentuk bangunan yang dapat terlihat jelas
dari jarak jauh dapat mengindikasikan apakah suatu bangunan sebagai bangunan
hunian, komersial, pemerintahan maupun fungsi lainnya. Dengan demikian akan
mudah bagi pengunjung untuk menentukan arah dan sebagai penanda kawasan.
II. Vistas
Arti vista secara harafiah
berhubungan dengan view yang berarti pandangan sejauh yang dapat
tertangkap oleh mata manusia. View hanya dapat dibatasi oleh sesuatu yang
menghalangi.
View merupakan sesuatu yang sangat
penting dalam perencanaan kawasan. Bagaimana suatu kawasan mempunyai nilai
estetika yang baik sangat ditentukan oleh faktor view. Hal ini berhubungan
dengan kontur, gaya bangunan, jalur jalan dan elemen-elemen lain seperti
furniscape, taman kota, dan public area.
Vista yang berhubungan dengan path,
edge, district, dan node akan sangat mempengaruhi citra kota. Path
atau jalur yang vital seperti jalur transportasi menurut Kevin Lynch
(Perancangan Kota Secara Terpadu (Markus Zahnd, 2006)) adalah sesuatu yang
mewakili gambaran kota secara keseluruhan. Edge adalah batas wilayah
yang dapat berupa dinding, sungai, atau pantai. District adalah kawasan kota
dalam skala dua dimensi yang mempunyai kemiripan dalam bentuk, pola dan
fungsinya. Node adalah sebuah titik temu berbagai aktivitas ataupun arah
pergerakan penduduk kota, seperti persimpangan, pasar, square, dan
sebagainya.
III. Focal Points
Berbeda dengan landmark, sebuah
focal point mempunyai bentuk spesial yang berbeda dengan ke’monoton’an sekitar.
Namun demikian focal point dapat juga berfungsi sebagai landmark ketika dapat
dikenali dan mudah diingat keberadaanya. Tentu hal ini juga tergantung aspek
lokasi. Suatu focal point tidak akan menjadi landmark ketika lokasinya
tersembunyi.
Keberadaan focal point menjadikan
suatu area menjadi ‘fresh’ karena adanya pemecah konsentrasi dari keseragaman
yang membosankan. Manusia akan cenderung bosan dengan sesuatu yang sama secara
terus menerus. Hal ini berlaku dalam tata ruang kota maupun dalam aktivitas
lainnya, seperti bekerja, belajar, dan kegiatan sehari-hari.
Senin, 30 April 2012
S.R. Crown Hall
Dibangun : 1950 - 1956
Arsitek : Ludwig Mies van der Rohe
Arsitektur gaya : Modernis, International Styles
Arsitek : Ludwig Mies van der Rohe
Arsitektur gaya : Modernis, International Styles
Fungsi : Kampus Arsitek IIT (Illinois Institute of Technology di Chicago,
Illinois.)
Tidak ada yang lebih baik mengungkapkan filsafat Ludwig Mies
van der Rohe daripada SR Crown Hall, rumah bagi Sekolah Tinggi Arsitektur, dan
sebuah karya modern yang majalah Time menyebutnya "salah satu struktur
dunia yang paling berpengaruh, menginspirasi dan mengagumkan."
Dirancang oleh Mies pada tahun 1956, Crown Balai kohesif
merupakan konsep arsitektur dan teori dalam bentuk yang paling lengkap dan
matang. Sebuah Landmark Sejarah
Nasional, Crown Hall adalah ekspresi langsung dari konstruksi dan material,
yang memungkinkan struktur untuk melampaui menjadi seni. Perbaikan dan inovasi tempatkan
salah satu gedung paling terkemuka di zamannya dan menentukan pentingnya dalam
sejarah arsitektur.
Rencana kolom bebas terbuka dari lantai utama dari Crown
Balai menunjukkan konsep inovatif Mies 'menciptakan ruang universal yang dapat
disesuaikan dengan jauh berubah digunakan. Ukuran luas Its 120 kaki 'x 220'
di daerah lantai, dengan tinggi langit-langit 18 meter, memungkinkan kelas
individu yang akan diselenggarakan secara bersamaan tanpa gangguan dengan tetap
menjaga interaksi kreatif antara fakultas dan mahasiswa.
Atap bangunan ini diskors dari bagian bawah empat balok utama
plat baja. Balok utama dengan sendirinya
didukung oleh delapan baja kolom eksterior, berjarak pada interval 60 kaki. Interior yang dibagi dengan
berdiri bebas partisi ek yang Demark ruang untuk kelas, ceramah dan pameran. Kelompok
wisata secara teratur datang dan pergi.
Pemulihan baru-baru eksterior Crown Hall yang diterima tahun
2006 Richard H. Driehaus Yayasan Penghargaan Pelestarian untuk Proyek Tahun
dari Landmark Illinois, Citation 2006 dari Merit dari AIA Chicago, dan 2005
Penghargaan Kehormatan dari Komisi Landmark Chicago.
Senin, 09 April 2012
konsep BENTUK dan RUANG dalam Arsitektur Modern
Karakteristik Arsitektur Modern
Falling Water, Frank Lloyd Wright
Arsitektur
modern adalah sebuah sesi dalam perkembangan arsitektur dimana ruang
menjadi objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelumnya arsitektur
lebih memikirkan bagaimana cara mengolah façade, ornamen, dan
aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik, maka pada masa arsitektur
modern kualitas non- fisik lah yang lebih dipentingkan. Fokus dalam
arsitektur modern adalah bagaimana memunculkan sebuah gagasan ruang,
kemudian mengolah dan mengelaborasinya sedemikian rupa, hingga akhirnya
diartikulasikan dalam penyusunan elemen-elemen ruang secara nyata.
Menurut Rayner Banham pada bukunya yang berjudul “Age of The Master : A Personal View of Modern Architecture”, 1978, perkembanagan
arsitektur modern menekankan pada kesederhanaan suatu desain. Para
arsitek pada masa itu menginginkan bangunan rancangannya bersih dari
ornamen dan sesuai dengan fungsinya dengan menghilangkan paham
eclecticism pada tiap rancangannya. Arsitektur
modern merupakan Internasional Style yang menganut Form Follows
Function (bentuk mengikuti fungsi). Bentukan platonic solid yang serba
kotak, tak berdekorasi, perulangan yang monoton, merupakan ciri
arsitektur modern.
Menurut Peter Gossel dan Gabriele Leu Thauser dalam bukunya yang berjudul, “Achitecture in the 20th century”, 1991.
Ciri – ciri dari arsitektur modern adalah:
· Satu gaya
Internasional atau tanpa gaya (seragam),Merupakan suatu arsitektur yang dapat
menembus budaya dan geografis.
· Berupa khayalan,
idealis
· Bentuk tertentu,
fungsional,Bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi monoton karena tidak diolah.
· Less is more ,Semakin
sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap arsitektur tersebut.
· Ornamen adalah suatu
kejahatan sehingga perlu ditolak,Penambahan ornamen dianggap suatu hal yang
tidak efisien. Karena dianggap tidak memiliki fungsi, hal ini disebabkan karena
dibutuhkan kecepatan dalam membangun setelah berakhirnya perang dunia II.
· Singular(tunggal),
Arsitektur modern tidak memiliki suatu ciri individu dari arsitek, sehingga
tidak dapat dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang lainnya (seragam).
· Nihilism, Penekanan
perancangan pada space, maka desain menjadi polos, simple, bidang-bidang kaca
lebar. Tidak ada apa–apanya kecuali geometri dan bahan aslinya.
· Kejujuran
bahan ,Jenis bahan/material yang digunakan diekspos secara polos, ditampilkan
apa adanya. Tidak ditutup-tutupi atau dikamuflase sedemikian rupa hingga hilang
karakter aslinya. Terutama bahan yang digunakan adalah beton, baja dan kaca.
Material-material tersebut dimunculkan apa adanya untuk merefleksikan
karakternya yang murni, karakter tertentu yang khas yang memang menjadi
kekuatan dari jenis material tersebut. Memberi sentuhan plastis seperti
membungkus bahan dengan bahan lain adalah upaya yang tidak dibenarkan karena
dinilai mengaburkan, menghancurkan kekuatan asli yang dimiliki oleh bahan
tersebut. , Misal :
· Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin.
· Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis.
· Kaca untuk kesan ringan, transparan, melayang.
Pemahaman Bentuk dan Ruang dalam Arsitektur Modern
Perkembangan
Arsitektur Modern meliputi perkembangan pemikiran mengenai konsep
fungsi, bentuk, konstruksi dan ruang. Namun dalam pembahasan ini
penekanan lebih pada pembahasan bentuk dan ruang, ciri pokok dari bentuk
adalah ”ada dan nyata atau terlihat atau teraba”, sedangkan ruang
memiliki ciri khas “ada dan tak terlihat atau tidak nyata”. Ditinjau
dari segi bentuk, bangunan arsitektur modern memungkinkan untuk
menghasilkan bentuk-bentuk yang tidak biasa karena perkembangan
teknologi struktur dan konstruksi serta perkembangan teknologi bahan
pada masa itu. Sedangkan dilihat dari segi ruang bangunan arsitektur
modern bersifat lebih mengalir dan hirarki berdasarkan proses sirkulasi
dan berkegiatan (step to step). Sekedar untuk melengkapi dari
segi konstruksi, perkembangan arsitektur modern ditandai oleh penggunaan
konstruksi beton bertulang, baja dan bahan-bahan bangunan yang ringan
dan dilihat dari segi fungsi, Bentuk bangunan arsitektur modern menggunakan modul manusia (le corbusier) karena bangunan ditekankan pada fungsinya.
Berdasarkan
pada Slogan Le Corbusier “ rumah sebagai mesin untuk tempat tinggal”.
Le Corbusier sebenarnya menginginkan dua hal. Yang pertama adalah sebuah
rumah yang menyerupai mesin yang murah, standard, mudah digunakan dan
mudah dalam perawatan. Tapi ia juga mengartikan sebuah rumah yang
didisaign dengan kejujuran. Oleh karena itu slogan tersebut menjadi
terkenal pada masa perkembangan arsitektur modern dan menjadi konsep
dasar suatu rancangan bangunan yang modern.
Merujuk pada buku Rayner Banham “Guide to Modern Architecture”, Chapter 2,3,4 and 5. Tentang bentuk dan ruang.
Bentuk
Bentuk dalam arsitektur modern adalah merupakan periode yang membingungkan bagi para praktisi, karena tidak
ditentukan dan dibentuk dari fungsi maupun bahan bangunan yang dipakai.
Tidak satupun dari fungsi maupun konstruksi tanpa pengaruhnya, dan
pelaku yang antusias pada pemecahan fungsional yang baru dan metode baru struktur seperti terlibat juga pada ekspresi yang baru.
Dalam
arsitektur modern bentuk, fungsi dan konstruksi harus tampak satu
kesatuan dan muncul menjadi bentuk yang khusus dan kita selalu
mengharapkan solusi yang tepat agar menghasilkan bentuk yang spesifik
antara gabungan ketiganya. Solusi-solusi yang unik umumnya
layak karena teknik-teknik konstruksi modern menjadikan semua bentuk
mungkin untuk dibangun. Bentuk yang diinginkan adalah bentuk-bentuk
sederhana, karena semua style lama amat kompleks dan dipenuhi oleh
ornamen. Bentuk dasar pada arsitektur modern adalah bentuk–bentuk
geometri (platonic solid) yang ditampilkan apa adanya.
Arsitektur
modern pada dasarnya masih melakukan pengulangan bentuk-bentuk rasional
pada awal abad 20 dimana fungsi masih menjadi inspirasi utama, dan pada
masa kini bebas dalam mengembangkannya. Selanjutnya mereka memanfaatkan
material dan teknik konstruksi yang baru, Jika material baru tidak
dapat ditentukan dengan tegas dalam menetapkan bentuk-bentuk arsitektur
modern. Muncul pemikiran baru tentang struktur yang tergantung pada
tempat dimana bangunan itu dibangun.
Ruang
Satu
hal yang tak dapat disangkal tentang arsitektur modern adalah kesadaran
dalam memanipulasi ruang. Dalam sejarah, ruang telah ada hanya didalam
struktur (diluar hanyalah alam, ketidakaturan dan tidak dapat diukur).
Renesan telah mengulangi proses dan dapat melihat tampak luar dari
bangunan ( seperti yang dilakukan bangsa Yunani) dan terpisah dari seni.
Ciri bangunan bangunan dari mereka : kecil, kotak, mempunyai pusat dan
tertutup.
Konsep
ruang pada arsitektur modern yaitu ruang tidak terbatas meluas kesegala
arah, ruang terukur/terbatasi/terlihat bayangan strukturnya (segi
empat) arsitektur dipahami dalam tiga dimensi, ruang dari arsitektur
modern memiliki hubungan dengan pengamat. Ruang yang didalam merupakan
eksperimen ruang tak terbatas dengan partisi yang dapat diterusuri
melalui ruang-ruang yang dilalui. Pola perletakan ruang lebih mengalir
dan berurutan berdasarkan proses kegiatan.
Pada
perkembangannya arsitektur modern memiliki bentuk dan struktur yang
tetap. Bagian fisik dari arsitektur modern sebagai pemecahan yang
radikal dari sebuah masalah yang fungsional yang tidak dapat hilang
sebagai bagian dari estetika yang merupakan manipulasi dari ruang yang
tidak terbatas dan terukur.
Berikut adalah beberapa pendapat tentang konsep ruang dan bentuk modern secara subjektif Menurut para tokoh arsitek terkemuka :
= Le Corbusier,
villa savoye
· Ruang
yang tercipta haruslah seefisien mungkin, sesuai dengan kaidah
industri. Karena ruang adalah mesin untuk ditinggali/ditempati.
Keindahan diperoleh dari purism (kemurnian), dimana bentuk-bentuk yang
digunakan adalah bentuk yang halus dan sederhana.
· Bentuk bangunan menggunakan modul manusia (le corbusier) karena bangunan ditekankan pada fungsinya. Bentuk bersifat kubisme dan futuris.
= Mies van de Rohe,
Farnsworth house, Fox River, Illinois, 1950
· Ruang
haruslah sederhana dan apa adanya, karena dari situlah estitika
berasal. Fleksibel adalah nilai tambah tersendiri bagi sebuah ruang yang
dapat memberi kesan dinamis dan adaptif. Secara struktural ruang harus
terpisah antara kolom dan dindingnya (skins & bones).
· Bentuk bersifat kubisme dan futuristik.
= Walter Gropius,
Fagus Factory, Alfeld-an-der-Line,
· Awal
pembentukan ruang adalah dimulai dari suasananya, baru setelah itu
beralih pada fungsi. Keindahan ditemukan dari produk industri dan bukan
dari alam.
· Penciptaan bentuk bangunan, sesuai dengan pola perletakan ruang yang urut berdasarkan sequence proses kegiatan penghuninya.
= Frank Lloyd Wright,
Falling Water
· Ruang
terbentuk karena interaksinya dengan lingkungan alam. Bagaimana
lingkungan binaan merespon faktor-faktor alam, atau mengambil filosofi
kesederhanaan dan kesempurnaan dari alam.
· Bentuk suatu bangunan sangat bersifat kontekstualism dengan merespon kondisi alam, korelasi alam,topografi dengan arsitektur terwujud pada bentuk bangunan yang mengadopsi bentuk site itu sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)