Jumat, 15 Mei 2009

Panggung Pertunjukan Bukanlah Layar Film

                                                 Amphi theater
Bermula dari kata ‘Theatron’, yakni sebuah tempat yang dirancang khusus untuk sebuah pertunjukan drama, musik, berabad-abad yang lalu, jaman Yunani kuno. Teater (theatron) mengandalkan system tata suara berdasar pada ruang pantul dari dinding-dinding yang tinggi. Akustik gedung menjadi andalan para pemain ketika harus menyajikan sebuah karya. Dapat dipastikan bahwa penonton disana harus benar-benar bersabar untuk mendapatkan suara dari para penyaji.
Perkembangan di jaman modern, panggung pertunjukan semacam theatron tadi mungkin sudah tidak sesuai. Ilmu pengetahuan tentang akustik dan sifat efisiensi fungsi gedung semakin berkembang. Kini pada umumnya panggung pertunjukan berbentuk ‘frame’ atau bingkai, persegi, dilihat dari tempat menonton. Ada pemain di atas panggung, dan ada penonton yang seolah-olah dibatasi oleh batas terdepan panggung. Panggung yang sering kita temukan di sebuah gedung pertunjukan itu disebut panggung ‘proscenium’. Selain itu tentunya kita tahu ada jenis panggung lainnya, seperti : panggung terbuka, panggung keliling (mobile), panggung arena, dll.
Nah… sesuai judul topik ini, panggung pertunjukan bukan layar film. Seringkali para penulis skenario (pemula) terjebak bahwa itu bisa dipersamakan. Film, di layar lebar atau televisi, adalah media seni yang paling memungkinkan untuk mengeksplorasi segala cerita atau adegan. Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Adegan dalam film bisa terjadi dimana saja, waktu kapan saja, dan dapat berubah dalam hitungan detik sekalipun.

Daftar Blog Saya